Bandar Lampung, Kamis (29/5/25)
Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unila kembali menggelar aksi pada Rabu (28/5) di depan Gedung Rektorat Universitas Lampung. Ini merupakan aksi lanjutan dari aksi sebelumnya yang dilakukan oleh Aliansi Mahasiswa FEB Menggugat. Setelah sebelumnya mengalami kebuntuan karena tidak tercapainya poin-poin tuntutan saat aksi di depan Dekanat FEB Unila. Massa aksi kembali menyuarakan tuntutan atas meninggalnya mahasiswa jurusan Bisnis Digital, Pratama Wijaya dan para korban lainnya, yang diduga menjadi korban kekerasan oleh salah satu Ormawa di Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
Aksi kali ini menjadi lebih besar, lantaran pihak dekanat FEB dianggap tak mampu serta tidak transparan dan lambat dalam menangani kasus tersebut. Dalam aksi tersebut, mahasiswa meminta agar pihak Rektorat dapat menangani kasus tersebut hingga tuntas dengan membentuk tim investigasi independen. Mahasiswa juga meminta jaminan perlindungan terhadap peserta aksi dari ancaman akademik atau intimidasi yang mungkin dilakukan pihak fakultas, serta evaluasi terhadap kinerja dekanat FEB.
“Kami sudah berkali-kali melakukan mediasi, tapi tidak ada kejelasan. Ini aksi bentuk kekecewaan karena suara kami diabaikan,” ujar Ridwan, Koordinator Lapangan dalam aksi tersebut. Mahasiswa menilai, pihak dekanat FEB justru melempar tanggung jawab penyelesaian ke pihak rektorat, ini menunjukkan ketidakmampuan birokrasi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis dalam menangani persoalan yang melibatkan nyawa mahasiswa.
Rektor Unila, dalam audiensi terbuka bersama massa aksi, menyampaikan komitmen untuk menindaklanjuti kasus ini. Ia menginstruksikan kepada Wakil Rektor bidang III untuk segera membentuk tim investigasi serta menyusun timeline penyelesaian dalam waktu dekat. “Senin tim terbentuk, Selasa mulai bekerja,” ujar Wakil Rektor bidang III dalam wawancara lanjutan. Ia juga menegaskan bahwa segala proses akan mengikuti kode etik dan peraturan kampus (Pertor), serta menjanjikan tindakan tegas jika terbukti terjadi pelanggaran terhadap Pertor Universitas.
Terkait isu intimidasi, mahasiswa juga mengungkapkan bahwa para peserta aksi di mintai list siapa saja mahasiswa yang ikut dalam aksi. Selain itu, pihak keluarga korban juga diminta menghapus unggahan media sosial tentang kematian korban demi menjaga citra fakultas. “Ini justru memperburuk citra kampus. Yang mengharumkan nama Unila adalah keberanian pimpinan menyelesaikan masalah, bukan menutupinya,” kata salah satu massa aksi.
Meski pihak rektorat telah memberikan respons, mahasiswa menegaskan akan terus mengawal jalannya investigasi dan mendesak agar hasilnya diumumkan secara transparan. Mereka menekankan bahwa aksi ini bukan sekadar reaksi emosional, tetapi bentuk perjuangan demi keadilan dan kemanusiaan serta perlindungan terhadap mahasiswa.
Teks: Bagus Kadek Windu Putra