Bandarlampung – Rabu, (17/11/2021)
Dalam beberapa tahun masa kepemimpinan dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unila sebelumnya, yakni Prof. Dr. Satria Bangsawan, M.Si. sebuah gerakan sosial di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang bernama Zero plastic selalu di slogankan. Hal ini bertujuan agar mahasiswa FEB Unila peduli dengan lingkungannya dengan tidak menggunakan kemasan berbahan plastic seperti botol plastik, kemasan plastik, dan semua yang berbahan plastik yang hanya digunakan sekali pakai.
Kebijakan zero plastic ini merupakan langkah sederhana agar lingkungan FEB Unila ini selalu bersih dan tanpa sampah plastic. Dimana pengurangan sampah berbahan plastik sekali pakai ini akan sulit terurai dan hanya menimbulkan masalah klasik di masyarakat. Oleh karena itu, zero plastik selalu menjadi budaya mahasiswa-mahasiswa ekonomi dibanding mahasiswa fakultas lain. Slogan dan poster tidak memakai bahan plastik sekali pakai di umumkan setiap muncul acara dan kegiatan di kampus. Hal ini menjadi sebuah budaya atau kebiasaan bagi mahasiswa FEB untuk seakan-akan haram menunjukkakn botol plastiknya di lingkungan FEB.
Namun, setelah kepemimpinan fakultas berganti, selogan Zero Plastik ini seakan-akan menghilang dari budaya yang sudah melekat di FEB sebelumnya. Walaupun kampus sangat sedikit aktivitas offlinenya, harusnya kerbijakan ini tetap dislogankan terutama kepada mahasiswa-mahasiswa baru yang selama ini masih kuliah daring yang belum mengenal zero plastic. Sosialisasi dalam seminar atau dalam kegiatan himpunan mahasiswa dan lembaga kemahasiswaan di FEB bisa menjadi cara untuk mengenalkan zero plastic. Hal ini bertujuan agar saat mereka (mahasiswa baru) kuliah tatap muka untuk pertama kali sudah menerapkan program zero plastic ini di fakultasnya.
Tidak hanya itu, kritik ini juga diberikan oleh Ketua Umum Mahasiswa Ekonomi Pencinta Lingkungan (Mahepel) yakni, Rino Armando Nababan yang menganggap program zero plastic sudah tak terdengar kembali saat ini. Ia berpendapat hilangnya zero plastic ini seharusnya bukanlah akibat sistem kuliah online yang membuat fakultas tak perlu kembali menyiarkan program bebas sampah ini.
“Menurut saya dimasa pandemi seperti ini yang di mana perkuliahan dilakukan secara daring atau online seharusnya lingkungan kampus terutama fakultas ekonomi dan bisnis dapat terhindar dari sampah terutama sampah plastik tetapi dalam hal ini fakultas ekonomi dan bisnis sering sekali mengadakan berbagai kegiatan seperti seminar dan lain sebagainya yang di mana kegiatan tersebut menyebabkan banyaknya sampah plastik yang diletakkan di sembarang tempat seharusnya kita sebagai warga kelas ekonomi dan bisnis memiliki kesadaran untuk tidak membuang sampah sembarangan dan bentuk penebangan yang dilakukan menurut saya itu akan memicu dan menyebabkan kesuburan tanah di sekitar, dan di area lapangan ekonomi dan bisnis akan mengalami kekeringan dan akan terlihat lebih gersang dan tidak menarik lagi “ ujar ketum mahepel Unila.
Menurutnya kebijakan Zero Plastik, Sudah mulai Tak Menggema di Lingkungan FEB Saat ini, tapi sebenarnya budaya Zero plastik ini tidak hilang dikarenakan perkuliahan masih dilakukan secara online.
Budaya ini tidak dapat kita laksanakan secara langsung di lingkungan kampus namun sebagai mahasiswa yang mengerti akan bahaya sampah, budaya zero plastic dapat dilaksanakan tidak hanya di lingkungan kampus tetapi di lingkungan sekitar kita baik itu di rumah maupun di manapun kita berada tetapi apabila kuliah laksanakan secara offline dan sudah tatap muka, ini akan tetap dilaksanakan dan dipertahankan karena bertujuan untuk mengurangi penggunaan sampah plastik yang dimana sampah plastik tersebut merupakan sampah yang sangat sulit terurai.
Reporter : Alika Humaira
Penulis : Endria Raynisha Zalfa
Desain feed : Sanja Agata