Pasar Kopi Dunia Bergolak, Petani Lampung Justru Diuntungkan

Bandar Lampung, Jumat (17/01/25)

Kenaikan harga kopi global tengah menjadi sorotan, dipicu oleh penurunan pasokan kopi dunia akibat gagal panen yang melanda sejumlah negara pemasok utama. Kekeringan ekstrem yang terjadi di kawasan seperti Brasil dan Vietnam, yang dikenal sebagai produsen kopi terbesar, telah mengurangi hasil panen secara signifikan. Di tengah situasi ini, petani kopi di Lampung justru merasakan angin segar. Harga jual yang melonjak di pasar internasional memberikan peluang bagi mereka untuk meningkatkan pendapatan, meskipun tantangan cuaca global juga menjadi perhatian.

CONAB (Comissão Nacional de Abastecimento), lembaga pemerintah Brasil di bawah Departemen Pertanian, melaporkan bahwa produksi kopi Brasil tahun ini diperkirakan mencapai 45,1 juta kantong dengan berat masing-masing 60 kg, yang terdiri dari varietas arabika dan robusta. Angka ini mengalami penurunan sebesar 8,16 persen dibandingkan panen sebelumnya, dengan penurunan terbesar terjadi pada arabika, yang produksinya merosot hingga 16,1 persen dan diproyeksikan hanya mencapai 32,1 juta kantong atau sekitar tiga perempat dari total panen. CONAB menyebut kekeringan parah selama lebih dari dua bulan di awal tahun sebagai faktor utama yang menyebabkan turunnya hasil panen tersebut.

Tak dapat dipungkiri, saat ini perekonomian Provinsi Lampung masih sangat-sangat ditopang oleh sektor pertanian. Hal ini dibuktikan dengan artikel yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyatakan bahwa pada triwulan IV 2023 dibandingkan dengan triwulan IV 2022, ekonomi Lampung masih didominasi oleh sektor pertanian (24,16 persen), industri (18,01 persen), dan perdagangan (14,57 persen). Kontribusi ketiga sektor ini mencapai 56,74 persen.

Menurut laporan dari Trading Economics, harga kopi arabika berjangka telah melonjak di atas USD 3,25 per pon dan diperkirakan akan terus meningkat hingga pertengahan tahun 2025. Pada bulan Desember, harga arabika hampir menyentuh USD 3,50 per pon, yang merupakan level tertinggi sejak tahun 1977.

“Harga kopi saat ini terus naik meskipun kadang turun, tapi secara tahunan naik terus. Volume permintaan ekspor juga terus meningkat. Saya sudah sampaikan kepada Menteri pertanian untuk meningkatkan produktivitas,”ungkap presiden RI Ke-7 Ir. Joko Widodo saat kunjunganya ke lampung beberapa waktu lalu.

Hal ini sejalan dengan data yang diunggah oleh BPS di laman website resminya. Periode Januari – Oktober 2024 menunjukkan bahwa nilai ekspor kopi Indonesia melonjak tinggi, bahkan hingga 437,03 persen dalam kurun waktu kurang dari satu tahun.

Bagi para petani, kenaikan harga kopi ini menjadi kabar baik yang disambut dengan penuh syukur. Salah seorang petani kopi, Hendro Kartiko, mengungkapkan rasa syukur atas perubahan positif ini. “Alhamdulillah, harga kopi saat ini naik secara signifikan, sehingga kami para petani merasa lebih sejahtera. Semoga kenaikan ini dapat semakin memotivasi kami untuk bekerja lebih giat dan turut mendongkrak perekonomian, terutama di Provinsi Lampung,” ujarnya.

Teks: Aris Krisna Setiawan

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *