Bandar Lampung, Minggu (27/05/22)
Seperti yang kita tahu China merupakan salah satu pemain yang penting dalam rantai pasokan baik itu sebagai importir maupun eksportir, maka dari itu saat China melakukan lockdown akibat peningkatan kasus covid-19 yang terjadi pada bulan April hingga Mei 2022, menimbulkan krisis global supply chain karena terjadi penutupan Pelabuhan-pelabuhan penting di China yang memicu terjadinya gangguan siklus perdagangan global.
Dan dampaknya akan sangat signifikan bagi negara-negara berkembang khususnya diwilayah asia-pasifik, yang eksposur ekonominya sangat bergantung pada perdagangan dengan China. “Pastinya, karena China itu sendiri merupakan pusat manufaktur yang sangat berpengaruh pada rantai pasok global yang dapat berdampak pada terganggunya perekonomian global,” ungkap bapak Arif Darmawan, S.E., M.A., dosen jurusan Ekonomi Pembangunan (24/5/22).
Oleh karena itu, solusi yang tepat yang dapat diambil ialah dengan memposisikan setiap negara untuk saling berkolaborasi dan saling bekerja sama, tidak hanya bergantung pada satu pasar ekonomi saja yang akibatnya menimbulkan ketergantungan yang tinggi, serta meningkatkan pasrtisipasi aktif di organisasi seperti WTO (World Trade Organization) yang merupakan organisasi induk yang memfasilitasi dan juga menjadi penengah terkait dengan kondisi-kondisi seperti krisis pada perdagangan global, dan menjadi pihak yang membantu dalam mengurangi risiko atau dampaknya serta mencegah hal-hal seperti krisis global supply chain.
Teks: Yulian Herdianto