Pilar Ekonomi

Ketika Pagi Mengajar Tanpa Ramai: Workshop Minat dan Bakat Mahasiswa CCED Unila

Bandar Lampung, Kamis (16/10/25) 

Udara pagi itu masih terasa lembut saat langkah-langkah mahasiswa mulai memenuhi halaman Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Di Aula A, kursi-kursi tersusun rapi sebagian terisi, sebagian lain dibiarkan kosong, menciptakan suasana syahdu yang seolah berbicara sendiri. Di depan, layar proyektor memantulkan logo CCED (Center for Career and Entrepreneurship Development), unit yang selama ini dikenal sebagai jembatan pengembangan karier dan kewirausahaan mahasiswa Unila.

Kegiatan bertajuk Workshop Minat dan Bakat ini digagas oleh Unit Penunjang Akademik Pengembangan Karir dan Kewirausahaan (UPA PKK) atau yang lebih dikenal dengan CCED. Kegiatan ini menjadi lanjutan dari tes minat dan bakat yang sebelumnya diikuti oleh mahasiswa, sebagai upaya membantu mereka memahami arah karir sesuai potensi diri.

“Workshop ini sebenarnya lanjutan dari tes minat dan bakat yang sudah diikuti mahasiswa angkatan 2024,” ujar Dr. Tiara Nirmala, S.E., M.Sc., selaku Kepala Divisi Kerja Sama dan Kewirausahaan CCED. Tujuannya sederhana tapi penting, agar mahasiswa tidak berhenti di hasil tes semata. “Kami ingin teman-teman mahasiswa tahu apa yang bisa dilakukan setelah tahu minat dan bakatnya. Apa langkah yang perlu ditempuh, bagaimana mereka bisa berkembang di jalur itu.”

Melalui tiga sesi berbeda akademisi, praktisi, dan wirausahawan, CCED berupaya membuka wawasan mahasiswa tentang ragam jalur karir yang bisa ditempuh. Salah satu narasumber, Anggi, merupakan pekerja kreatif yang juga memiliki usaha.

“Kita memang memilih narasumber yang relevan,” jelas Tiara. “Bu Anggi itu pekerja kreatif tapi juga punya usaha, jadi relate dengan peserta yang minat bakatnya di wirausaha dan pekerja kreatif.”

Namun, di balik keberhasilan pelaksanaan acara, Tiara menyebutkan bahwa antusiasme mahasiswa belum sepenuhnya seperti yang diharapkan.

“Kalau dari pendaftaran sebenarnya banyak, target kita 150 peserta dan saat sudah tercapai kami tutup. Tapi pas hari H yang datang cuma sekitar 100 sampai 110 orang,” ujarnya. “Itu yang kadang bikin heran. Sudah daftar, padahal kan kesempatan itu harusnya bisa diambil oleh orang lain … buat kita  sedikit kecewa”

Ia menambahkan, fenomena semacam itu sering terjadi di berbagai kegiatan.

“Padahal kan acaranya gratis, dapat ilmu, dapat konsumsi, bahkan kadang bisa dapat relasi baru,” lanjutnya. “Kalau saya ketika jadi mahasiswa dulu, saya senang banget ikut seminar kayak gini … Tapi sekarang kok banyak yang malas ya, entah kenapa. Padahal peluang itu gak bisa didapat kalau kalian gak ikut acara semacam  ini.”

Bagi Tiara, kegiatan seperti ini bukan hanya formalitas program kampus, tetapi ruang penting bagi mahasiswa untuk mengenal arah hidupnya lebih jauh.

“Workshop ini penting karena membantu mahasiswa membentuk jalur karier yang sesuai minat dan bakatnya,” ujarnya. “Kalau sudah tahu minatnya apa, bisa mulai menyesuaikan langkah, mau jadi akademisi, praktisi, atau wirausahawan.”

Meski secara umum berlangsung lancar, Tiara mengaku masih ada catatan untuk evaluasi.

“Yang pertama, ada peserta yang sudah mendaftar tapi tidak hadir. Yang kedua, ada juga yang hadir tapi tidak serius menyimak materi,” katanya. “Padahal yang dipilih hadir offline itu kan yang sudah sesuai hasil minat bakatnya. Jadi saya pikir itu yang akan serius benar-benar pengen ikut.”

Acara itu berlangsung sejak pukul 07.30 s.d 13.00 dan berakhir dalam suasana tenang. Di antara cahaya siang yang mulai menembus tirai aula, beberapa mahasiswa tampak berkemas, membawa kertas catatan, atau sekadar berbincang kecil dengan teman sebangku. Namun di balik riuh kecil itu, ada keheningan yang terasa lebih dalam, semacam renungan sunyi tentang arah, tentang potensi, tentang masa depan yang belum sepenuhnya mereka pahami.

Mungkin sebagian mahasiswa pulang tanpa banyak kesan, tapi barangkali ada satu-dua yang membawa pulang lebih dari sekadar materi. Sebuah kesadaran kecil bahwa memahami diri sendiri, minat, bakat, dan arah juang adalah langkah pertama menuju versi terbaik dari diri mereka sendiri.

 

Teks: Aris Krisna Setiawan