Bandarlampung, Minggu (16/6/24)
Impact circle 9.0, sebuah inisiatif AIESEC In Unila untuk mensosialisasikan ruang yang ramah lingkungan dan berkelanjutan di Gedung D 1.1 Fakultas Hukum (FH) Universitas Lampung pada Sabtu (16/6/24). Acara ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang pembangunan kota yang berkelanjutan dan memberikan wawasan praktis bagi masyarakat dalam memelihara lingkungan.
Dalam acara tersebut, Wahidin, seorang pemilik Hidroponik Lampung sebagai pemateri, menyampaikan, “Kita perlu memahami pentingnya menciptakan lingkungan yang berkelanjutan untuk masa depan yang lebih baik. Melalui praktik hidroponik, kita dapat berkontribusi dalam menjaga keberlanjutan lingkungan sekitar kita.”
Merylia, Sub Koordinator Perencanaan Infrastruktur Kewilayahan III dari Bappeda Provinsi Lampung yang juga pemateri menekankan, “Penting bagi kita untuk memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang pembangunan berkelanjutan. Dengan kolaborasi dan kesadaran akan lingkungan, kita dapat menciptakan kota yang lebih hijau dan ramah lingkungan.”
Acara ini tidak hanya memberikan pengetahuan tentang Sustainable Development Goals (SDGs) ke 11 yang berkaitan dengan pembangunan kota yang berkelanjutan, tetapi juga memberikan wawasan praktis tentang praktik hidroponik yang ramah lingkungan.
Putri Alifia Fitra Putri, moderator dari Putri Hijab Lampung Intelegensia 2024, menyoroti pentingnya kesadaran lingkungan dalam membangun kota yang lebih baik.
“Kita semua memiliki tanggung jawab untuk menjaga lingkungan sekitar kita. Melalui praktik hidroponik dan pemahaman tentang pembangunan berkelanjutan, kita dapat berperan aktif dalam menjaga kota kita tetap hijau dan berkelanjutan”, ucap Putri Alifia dalam kesimpulannya.
Acara “Impact Circle 9.0” juga menawarkan sesi FGD (Focus Group Discussion).
“Dengan adanya kesempatan untuk belajar dan berdiskusi, diharapkan kami dapat membawa pemahaman yang lebih dalam tentang pentingnya menjaga lingkungan dan membangun kota yang berkelanjutan”, ucap Willsen Mahasiswa Universitas Bandar Lampung, salah seorang peserta dalam wawancara.
Teks: Endi Muhammad Akbar AS